Hi I’m back. Sudah lama ya aku nggak nulis di blogspot lagi. Seperti biasa tentu saja kalo aku dateng kesini artinya aku mau mengeluh.
Aku masih terus berpikir apakah keputusan untuk bersama dengan pria yang ‘rusak’ adalah keputusan yang tepat. Awalnya aku berpikir aku sombong sekali jika aku merasa lebih hebat dibanding pasanganku, dalam segi keluarga, pendapatan, problem solving, regulasi emosi, dan banyak hal lainnya. Namun itulah kondisinya. Dan ia selalu mencoba untuk tidak membicarakannya. Selalu menghindar, dan tidak ingin menyelesaikannya.
Aku terus berusaha meraihnya dan menolongnya, namun ia tidak pernah mau dibantu. Mulai dari menghitung budget 3 harian, satu mingguan, hingga memegang uang tabungan saja, mengembalikan uang tabungan, semua kulakukan semakin baik setiap bulannya, namun ia terus beralasan agar aku tidak lagi mengelola uangnya. Hingga akhirnya terus terulang kembali dan ia tak pernah menabung.
Setiap kali ia punya tabungan, ia selalu berpikir untuk membelanjakannya atau memutarnya untuk sebuah bisnis, yang selalu berakhir gagal karena ia tidak konsisten.
Hingga 8 tahun sudah kami pacaran, dan ia masih tetap stuck di posisi yang sama, malah menurun. Siapa sangka, wakil ketua hima, ketua project, ketua acara, bisa begini keadaannya sekarang.
Yang nampak dimataku hanya kekurangannya saja. Ia yang tak bisa menahan nafsu makan, ia yang tidak bisa mengelola keuangan, ia yang tak punya rencana masa depan, ia yang tak mau menolong diri sendiri, ia yang tak punya problem solving, ia yang tidak bisa mengurus segala sesuatu yg bersifat administratif sendirian baik itu bpjs atau sim dan lainnya. Ntah apa yang bisa ia lakukan. Menikahiku pun tidak bisa. Boro boro.