Breakheart

Konon katanya, ketika kamu memutuskan untuk jatuh cinta, maka kamu harus bersiap untuk patah hati juga. Karena jodoh itu, kalau ngga diambil Tuhan ya diambil manusia.

Sekarang ini, entah apa yang terjadi sehingga sepertinya hubunganku sangat rumit. Laki laki yang dulu sangat mencintaiku, memprioritaskanku, berubah menjadi orang yang berbeda. Bagaimana bisa seseorang berubah begitu kontrasnya. Apakah masih ada luka dihatinya karena pertengkaran kami yang lalu lalu? Atau karena ada orang lain yang ia damba? Ternyata ada orang lain yang masih ia kagumi. Ia masih menyimpan rasa untuk perempuan lain yang Ia sempat dekati ketika kami pernah putus beberapa waktu yang lalu. Sudah hampir setengah tahun kami kembali bersama, namun bayangan perempuan itu masih terus menghantui.

Hancur hati ini mengetahui bahwa aku bukanlah satu satunya. Bahkan mungkin posisiku akan tergeser. Ia terus membuatku percaya bahwa cintanya hanyalah untukku. Namun aku terus mendapatkan bukti yang mengatakan sebaliknya. Jika memang ia mencintai perempuan lain, kenapa ia terus menahanku disini.

Aku kebingungan. Perasaan ini sangat tidak nyaman. Aku merasa, aku tidak mendapatkan effort yang sama dalam hubungan ini, aku terus mencintai sendirian, berkorban sendirian, dan berusaha sendirian. Ketika ia menghilang, aku mencoba mengerti, mungkin ia sibuk, ia tidak menghindariku, ia hanya butuh waktu sendiri dan butuh fokus dalam bekerja. Aku terus meyakinkan diri bahwa tidak ada perempuan lain dibenaknya. Namun aku tahu bahwa aku hanya membohongi diri sendiri. Selalu saja ada cara semesta untuk menunjukkan bukti bukti bahwa ia, yang kucintai, masih menyimpan rasa pada perempuan lain. Ia juga masih sering menutupi sesuatu dengan berbohong atau tidak menceritakan apapun sama sekali. Ini membuatku sangat bingung, jika kamu tidak nyaman berbicara denganku, bagaimana bisa kamu berpacaran dan mengharapkan pernikahan?

Kesedihan tak berujung membuatku kehilangan keceriaanku. Aku terus kecewa karena dibohongi. Aku terus kecewa karena merasa dibodohi dan dibohongi. Namun hati kecilku masih percaya bahwa kesabaranku tidak akan sia sia. Hati kecilku tetap  berusaha percaya padanya, walau aku tahu aku, besar kemungkinan aku akan dibohongi lagi suatu hari nanti, seperti yang sudah sudah. Apakah salah jika aku percaya pada pola yang terjadi? Ntah bagaimana masa depanku bersamanya, semuanya kelabu, ak tak bisa lagi berandai andai seperti dahulu.

Mungkin aku sedang sensitif juga, hingga ketika aku melihat orang dilamar, aku langsung menangis dan membayangkan momen itu takkan pernah datang padaku. Aku tidak ingin berharap dilamar atau dinikahi. Aku takut, jika aku berharap, harapanku hanya akan menyakiti diriku sendiri. Dan mungkin menyakitinya karena seperti sebelum sebelumnya, aku menuntutnya untuk menepati janji dan memenuhi ekspektasiku, tanpa melihat keadaan yang memang sedang tak memungkinkan. Aku tak mau lagi berharap macam macam. Aku tak mau terluka dan melukai lagi.

Jika memikirkan tentangnya, aku takut tak bisa hidup tanpanya. Aku ingin mendukungnya dan membuatnya merasa disayangi. Namun apakah ini hubungan yang baik jika aku merasa kehilangan diriku sendiri? Aku tidak merasa didengarkan, aku tidak merasa dicintai, aku terus terintimidasi dengan perasaan insecure dengan perempuan lain, perasaan takut bahwa aku tidak cukup baik, perasaan takut kehilangan, dan semua perasaan buruk lainnya. Aku lelah terus menerus menangis. Aku ingin bahagia dan tertawa seperti dulu. Aku merindukan diriku yang dulu, yang selalu merasa aman dan bebas terbang kemana saja yang kumau.

Jika ia menginginkan pasangan yang mandiri, kenapa tak menikahinya saja daripada menikahiku yang jelas jelas sangat manja dan terus meminta perhatian. Jika ia menginginkan pasangan yang sama sibuknya, sama mandirinya dan sama alphanya dengan dirinya, kenapa tidak menikahinya saja agar mereka berdua bersama menggapai mimpi. Kenapa terus menahanku yang dari tahun ke tahun selalu berubah dream dan goalnya, tidak bisa seperti dia. Jika ia menginginkan pasangan yang pintar, kenapa tak menikahinya saja agar mereka saling sharing hal hal yang terkadang tak kumengerti. Dibanding menikahiku yang tidak pintar, sulit diajak bicara karena tak mengerti apa apa, dan sangat sensitif ini.

Jika begitu, kenapa harus bersamaku dan membuatku terus mempertanyakan kelayakan diriku. Kenapa tidak pergi saja yang jauh dan menghilang agar aku bisa sedih dan perlahan melupakannya. Kenapa terus mengurungku dan tidak membuatku merasa nyaman membicarakan segala sesuatu yang ingin kuceritakan. Kenapa terus membuatku menunggu, kenapa terus membuatku ada dalam ketidakpastian yang melelahkan, kenapa terus membuatku nangis, sampai kapan aku akan hidup dalam perasaan sedih seperti ini? Kenapa tidak pergi saja dibanding membuatku merasa disayang sejenak lalu menghilang lalu datang lagi sesuka hati seperti aku tidak punya perasaan saja. Kenapa kamu ada namun rasanya seperti tidak ada?

Hampa

Expensive things

Idk why lately I think I need to proof my success by usung expensive things. This is not me, I usually not care of using branded items but u...