Waiting In Queue

Hal yang paling kurindukan saat ini adalah, kehadirannya. Perhatiannya, tawanya, rasa sayangnya. Kutunggu beberapa jam, kukirim sapaan, tak ada jawaban.

Mungkin ia sibuk, pikirku. Namun aku tau ia tak pernah lepas dari gadgetnya. Ia selalu standby untuk menerima dan membalas pesan ketika urgent.


Mungkin ia masih sibuk dan belum selesai memproses emosinya, pikirku. Dan ia ingin melupakan masalahnya denganku sejenak, untuk berfokus dengan keluarganya. Itu jawaban paling masuk akal saat ini. Semoga kali ini asumsiku benar.


Namun aku selalu berusaha sigap dan hadir secepat mungkin ketika ia membutuhkan bantuanku. Terkadang ingin hitung hitungan rasanya, namun tidak dewasa jika hitung hitungan seperti itu. Rasa ingin menang hanya akan memperparah keadaan. Dan aku mungkin akan menyakitinya dengan menyudutkannya. Aku tak mau pesanku tidak sampai karena emosi sesaat, mengeluarkan kata kata sampah tak berguna.


Kuharap, ia segera kembali, karena aku rindu. Aku pergi keluar kota, tanpa satu kata tanyapun darinya. Ia tak peduli, pikirku. Namun karena aku merasa wajib untuk memberitahunya, maka kuberi kabar. Tak ada jawaban hingga saat ini. 


Sembari menunggu, aku membuka bukuku dan membaca berjam jam. Sambil sesekali membuka status airplaneku, berharap ada kabar darinya, namun tetap tidak ada.


Hingga gelap menjelang, sudah waktunya makan malam, pun kulalui sendirian. Aku naiki bis malamku lagi, namun terlalu gelap untuk membaca, sehingga tak ada lagi yg bisa kulakukan untuk mengalihkan perasaan yang kacau.


Kuharap Tuhan mengetuk hatinya, untuk mengingatku sedetik, dan mengabariku sebentar. Walau hanya kabar ‘tunggu sebentar sayang aku sedang xxx, skrg keadaannya xxx, but I will be right back, i love you’ aku akan sangat senang sekali menerimanya, seperti mendapatkan energi untuk kembali menunggu.

Expensive things

Idk why lately I think I need to proof my success by usung expensive things. This is not me, I usually not care of using branded items but u...