Ia mengorbankan begitu banyak hal untuk suaminya, pun untuk keberlangsungan hidup anak anaknya.
Ia meninggalkan keluarganya dan agamanya sebelumnya, untuk bersama dengan suaminya. Ia mengikuti segenap acara dan berkumpul bersama orang orang baru, sebagai bentuk support, dan mengikuti suaminya kemanapun suaminya pergi. Ia mendukung dan mendoakan suaminya setiap saat. Ia ada disana, saat suaminya sedang terpuruk. Ia menyiapkan setiap kebutuhan suaminya setiap hari, tanpa lelah, tanpa hari libur. Pun ketika ia disakiti dan tidak dicintai, ia tetap ada disana, setia disamping suaminya. Pun tanpa pernah mendengar kata maaf dari suaminya, ia tetap ada disana. Pun saat suaminya sakit dan tidak lagi terlihat keren dan mampu memberikan benefit apapun dalam hidupnya, ia tetap ada disana, karena besar cintanya. Kuharap, suaminya juga mencintainya, dan memperlakukannya sebagaimana ia layak diperlakukan.
Untuk anak anaknya, ia selalu bangun paling pagi untuk menyiapkan sarapan, seragam, dan teh hangat. Ia selalu bangun paling pagi dan ketika kami bangun, semua hal sudah siap. Mungkin itu hal kecil yang selama ini membosankan namun terus kuingat. Yang kurasakan perbedaannya ketika merantau. Tak ada lagi sarapan dimeja makan, semua harus kusiapkan sendiri. Ibu juga banyak sekali berkorban untuk pendidikan kami. Ia menyekolahkan kami disekolah yang terbaik. Ia mau anak anaknya tumbuh menjadi anak yang percaya diri, kuat, dan mandiri. Karena ia tahu, ia tak bisa selalu hadir untuk anak anaknya. Ia adalah sosok yang paling mengenalku, lebih dari aku mengenal diriku sendiri. Ia tak pernah mengharapkan lebih dariku, karena apa adanya diriku, adalah yang terbaik baginya. Aku tak pernah perlu berprestasi dulu agar dapat dicintai. Karena ia mencintaiku apa adanya. Banyak rasa sakit yang ia derita sepanjang hidupnya karena suaminya ataupun karena keadaan. Aku tidak ingin memperparah rasa sakit itu. Itulah kenapa, aku ingin hidup dekat dengannya. Dan ingin membuatnya bahagia selamanya. Aku tak ingin lupa rasa terimakasihku, itulah kenapa aku tidak pernah berhenti mengirimkan uang padanya, janji dari diriku sendiri.
Aku harap Ibuku dapat terus sehat dan bahagia. Untuk ayahku, aku percaya Ia juga adalah ayah yang hebat, yang terus berdoa untuk kebaikan anak anaknya. Walau mungkin ia terlalu dibutakan oleh latar belakang suku dan kepercayaannya sendiri, hingga tak sadar bahwa ia perlu banyak berubah.