Mengapa bayangannya tak bisa hilang dari benakmu?
Aku tahu, semua butuh waktu. Aku tahu aku perlu menunggu, karena luka pun perlu waktu untuk bisa kering dan sembuh seperti sedia kala. Namun ini terlampau lama. Sampai kapan aku terus harus menyalahkan diri sendiri tiap kali ini terjadi? Setiap kali kamu mengingatnya, aku menyalahkan diriku sendiri. Seharusnya saat itu aku membuatmu nyaman, seharusnya saat itu aku membuatmu merasa berharga dan dicintai dengan layak, hingga perlu bagimu mencari opsi lain untuk sembuhkan hati.
Itu pikirku. Selalu saja rasa tidak cukup baik menghantui pikiranku. Maaf atas ketidaksempurnaanku.
Namun ternyata, hal ini juga melukaiku. Luka yang ketika sedikit saja kembali tersentuh, bisa membuatku menangis sejadi jadinya. Ketika membahas tentangnya, hati ini rasanya tak karuan. Marah, sedih, iri hati, kecewa, semua bercampur menjadi satu dan sangat tidak nyaman rasanya. Sakit rasanya mengetahui bahwa diri ini bukanlah satu satunya perempuan yang ada dihatimu. Sakit mengetahui diri ini tidak pernah cukup untukmu. Sakit rasanya membandingkan diri dengan dia yang kutahu sangat berbeda dariku dan aku tidak akan pernah bisa menyainginya, karena ia punya ruang tersendiri dihatimu, dan kamu pun ada dihatinya. Aku tahu rasa penasaran itu masih ada, diantara kalian berdua. Jika menurutmu kisah kalian belum usai, mengapa tidak diselesaikan saja, kenapa harus terus melukaiku seperti ini. Mengapa tidak memperjuangkan rasamu hingga bisa menjadi kisah, bukan hanya kesah. Daripada aku harus hidup denganmu, namun selamanya hanya ragamu saja yang disini, namun hatimu tidak.
Kenapa, aku sendiri yang merasa bahagia jika kita bersama.