Beautiful Bird

Suatu hari, aku melihat seekor burung terbang dan hinggap di tamanku. Ia terlihat sangat cantik dengan bulunya yang berwarna hijau kebiruan. Suara siulannya yang merdu membuatku senang.

Minggu demi minggu berlalu, aku semakin sering melihatnya datang, hinggap diranting pohon untuk beristirahat dan berlindung dari terik matahari.

Aku begitu menyukainya hingga aku berpikir, aku perlu membuat sangkar, agar aku bisa terus melihat dan membuatnya merasa nyaman. Kubuatlah sangkar yang besar agar ia leluasa bergerak. Awalnya, ia terlihat senang karena ruang dan makanan yang kuberikan lebih dari cukup. Ia terlihat aman karena tidak terkena sinar matahari dan terlindung dari ancaman burung liar. Setelah beberapa minggu, ia terlihat murung dan bulu bulunya rontok. Matanya menyiratkan kesedihan. Ia kehilangan selera makan dan terkadang mencabut bulunya sendiri karena gelisah.

Lalu kusadari bahwa sangkar yang kubuat membuatnya tertekan. Ia tidak bisa lagi terbang bebas. Bodohnya aku yang tidak mampu memperlakukannya dengan baik. Egoku menyakitinya.

Kupikir, aku harus membiarkannya pergi, sehingga ia dapat terbang bebas. Lalu kulepas ia dari sangkarnya, dan ia pergi dari hadapanku. Namun aku merindukannya. Terkadang aku berharap ia kembali.

Kuletakkan semangkuk makanan burung, menjaga tamanku  bersih, melihat langit, dan berharap suatu hari ia akan kembali. Ternyata, semesta menjawab doaku. Ia datang kembali. Namun aku merasa sedih, karena setiap aku berusaha mendekat, ia akan terbang menjauh. Mungkin ia masih mengingatku dan sangkar yang kubuat. Ia takut terkurung lagi.

Aku membaca buku tentangnya dan mempelajarinya.Aku ingin membuatnya merasa aman untuk mendekat. Kutanam banyak bunga dan juga pohon besar baginya untuk berlindung, mencari makan, dan bermain. Ketika ia datang, aku mendekatinya perlahan dan berusaha membuatnya nyaman. Upayaku berhasil, ia tak lagi takut padaku. Ia terkadang hingap ke jari jemariku untuk menyapa.

Namun hal lain membuatku sedih. Selama aku berusaha memperbaiki dan mendekorasi ulang tamanku, ia sering hinggap ke taman lain. Saat kuintip kerumah lain, ia terlihat senang disana. Terlihat lebih senang berada disana daripada ditamanku yang kusiapkan untuknya.

Dikala aku merasa sedih, aku tak terlalu ingin mengurus tamanku lagi dan membiarkannya penuh dengan daun kering serta sisa sisa makanan burung yang terbuang ke tanah. Dengan sisa tenaga yang kupunya, aku masih menyirami tamanku, berusaha agar tamanku terlihat nyaman, baik untuk burung itu ataupun untuk diriku sendiri. Namun sungguh sulit menjaga tamanku memekarkan bunga dan pepohonannya. Tanpa taman yang cantik, tentunya sukar mengharapkan burung itu datang. Aku putus asa dan lelah menunggu, walau aku sudah berusaha sekuat tenaga membuatnya tetap tinggal.

"Anything you can't control is teaching you how to let go."

Expensive things

Idk why lately I think I need to proof my success by usung expensive things. This is not me, I usually not care of using branded items but u...