Thank you sudah memberikanku kesempatan untuk mengenalmu, keluargamu, dan teman-temanmu. Thank you sudah memperbolehkanku untuk menyayangimu. Thank you sudah berjuang untuk kita selama ini. Thank you sudah sudah pernah menyayangiku, memberi segenap waktu, tenaga, dan berharap untuk menikahiku.
Kamu orang yang cukup mendekati sempurna, cintamu membuatku merasa sangat dicintai dan diharapkan. Aku merasakan cinta yang luar biasa, terimakasih sudah menjadi cinta pertama untukku saat aku bertumbuh dewasa. Hingga dulu aku sangat yakin bahwa kamu laki laki terbaik untukku, dan berpikir bahwa kisah kita pastilah akan membuat iri semua orang karena kita begitu saling melengkapi. Sifat kita berbeda, namun saling melengkapi kekurangan masing masing. Bukan karena paras fisik ataupun apa yang kita punya, namun kita saling mencintai karena karakter dan kesamaan cerita yang membuat kamu dan aku mampu berempati dan saling menyayangi, saling mendukung, dalam suka dan duka. Kebersamaan kita selalu indah untukku, selalu membuatku berurai air mata ketika mengingatnya, karena terlalu indah, terlalu manis.
Namun aku tidak bisa terus hidup dimasa lalu. 2016 adalah tahun terbaikku dimana aku bisa mengenalmu dan merasakan cinta yang begitu besar, cinta yang begitu polos dan apa adanya. Cinta yang penuh, tanpa buruk sangka dan curiga. Namun saat ini, entah bagaimana rasamu terhadapku. Dulu aku sangat senang karena kamu terus berusaha mendekatiku, terus mengajakku bicara, dan mencari waktu agar kita bisa saling bertukar kabar. Walau sekarang situasinya berbeda, aku masih terus berusaha mempelajari kamu, karena aku tau, manusia terus berubah, namun aku percaya karakter dasar tidak akan pernah berubah. Karena kamu baik, aku percaya kamu akan tetap baik hatinya.
Sungguh sangat kusayangkan, karena ego, kita terus menyakiti satu sama lain. Terus bertengkar dan menjatuhkan air mata. Aku lelah, tapi aku mau terus berjuang. Namun berjuang sendirian itu melelahkan sekali, lelah sekali aku harus menunggu dan menunggu dan terus menunggu.
Maaf kalau manjaku kelewatan, maaf kalau keingintahuanku akan keberadaanmu memuakkan, maaf kalau keinginanku untuk bersama terlewat besar dan mengganggu untukmu. Aku hanya ingin tau kabarmu dan mengetahui apa yang kamu pikirkan, karena aku tidak bisa mengetahuinya secara langsung darimu. Maaf karena selalu minta maaf dan terlalu cengeng jadi perempuan.
Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Mungkin aku terlalu memaksakan semuanya. Mungkin aku tidak sabar menunggu Tuhan mempertemukanku dengan orang yang bisa mengisi celah dihatiku, sehingga aku berusaha keras untuk menulis kisahku sendiri. Aku terus ngotot berusaha mendatangimu dan memberikan semua yang aku bisa berikan, agar kita bisa kembali seperti dulu. Namun ini tidak baik, betul, aku akan lelah sendirian. Kamu pun kubuat lelah.
Lalu aku mencoba untuk terus berdoa, dan membaca buku berjudul ‘wanita dalam penantian’. Aku membaca tentang kisah beberapa wanita dalam alkitab dan dalam dunia kita, yang mendapatkan pria impiannya diwaktu yang tidak biasa, ditempat yang tidak biasa. Tuhan akan mempertemukanmu dengan pria impianmu jika Ia berkehendak kamu akan menikah. Dan Tuhan akan memberikan jalan, jika ia memang jodohmu, walau menurutmu mustahil. Namun apapun itu keadaannya, aku harus memiliki karakter karakter Allah dalam diriku. Dan kalaupun aku tidak menikah atau Tuhan memperpanjang masa lajangku, waktu waktu itu harus tetap aku apresiasi karena itu adalah kesempatan dari Tuhan untuk melayaniNya. Dan aku tetap bisa bahagia dimasa penantianku, karena Tuhan dengan cintaNya akan membuatku merasa utuh. Aku tidak akan lagi merasa memiliki celah dan terus mengejar pria yang aku impikan, karena Tuhan sudah memuaskan aku.
Aku bersyukur, karena aku terus bertumbuh. Walau harus melewati masa yang menyakitkan, aku terus bertumbuh. Aku hanya ingin bilang bahwa, tidak apa jika kamu masih butuh waktu untuk berpikir tentang kita. Jika memang masih ada beberapa hal yang perlu kamu pikirkan, atau belum bisa kamu maafkan, tidak apa, ambillah waktumu dengan bijaksana untuk berpikir lebih dalam, dan tolong sampaikan padaku, jika memang diperlukan.
Aku tidak ingin memaksa menulis kisahku sendiri, jika akhirnya merenggut kebahagiaanmu. Kejarlah apa yang menurutmu baik. Pun juga jika kamu masih ingin berteman dengan banyak perempuan dan belum ingin berkomitmen, tidak apa juga jika kamu memang memerlukan itu. Aku tidak ingin memaksa. Jika Tuhan berkehendak, pasti Tuhan akan bukakan jalan untukku dan untukmu.
Tentang aku, kamu tak perlu khawatir, aku akan tetap utuh, dengan, atau tanpa pria. Aku ada di tangan yang tepat. Tentangmu, Tuhan memberikan aku kasih dan ruang maaf yang sangat luas, sehingga aku sudah ikhlas dan memaafkan kita. Jangan khawatir, apapun keputusanmu, aku tetap akan baik dan menghormatimu.
Datanglah ketika kamu sudah merasa siap, untuk memberikan keputusan. Atau, datanglah juga ketika kamu sudah siap memberikan waktumu, tenagamu lagi, untuk aku. Aku percaya, dengan ketulusan, kemauan yang besar untuk terus saling memahami dan berusaha memberi (always give and give more), maka pasti kita bisa menjalani hubungan yang sehat, dengan siapapun itu.
Sekali lagi, aku menghormati waktumu, take your time. Aku percaya, ketika pria itu tepat untukku, Tuhan akan membimbingnya untuk menghampiriku, mengasihiku, dan memikirkanku. Seperti Tuhan membawa Ishak kepada Ribka, dan Tuhan membawa Rut bagi Boas. Aku tidak akan lagi merasa diabaikan karena ada Tuhan memberikanku pilar yang kuat, dan membuatku merasa aman.
Aku
-yang masih dan akan terus mengasihimu