Stop Texting

Someone said, you have to stop texting them when:

1. It feels like you're desperate to seek their attention and dying to talk to them. You are loosing your self respect by bothering them. Aku selalu berusaha menginisiasi pembicaraan, namun selalu diabaikan, hingga rasanya energiku habis karena usahaku tak berbalas. Katanya, aku terlalu manja, Ia memintaku agar aku lebih sibuk dengan diriku sendiri, dan mencapai apa yang menjadi keinginanku, karena ia pun sangat sibuk bekerja dan tidak lagi menginginkan hubungan yang seperti dulu, dimana kita selalu terhubung dan saling memberi kabar. Rasanya terdengan betul, namun entah mengapa aku merasa dibuang. Aku merasa tidak didengarkan, padahal, untuk meminta waktunya saja sudah cukup menyakitkan karena harus merendahkan ego. Lagipula, aku tak pernah ingin uang ataupun hadiah darinya. Hanya ingin waktu dan perhatiannya saja walau sebentar.

2. When they pretend to be busy but they are secretly giving their time to other people. And this shows you aren't as important to them. . Aku tahu bahwa ia tidak sesibuk itu. Dia bisa mengirimkan post di sosial medianya berulang kali dan tidak membalas satupun pesanku. Tentu saja, kentara sekali kalau aku tidak begitu diinginkan dan dirasa penting baginya.

3. They take hours and even days to reply to your one single text but on the other side, you know they are easily available to other people. Butuh berjam-jam dan bahkan harian baginya untuk membalas pesanku. Apakah normal jika terus menerus sibuk hampir 24 jam lamanya? Well, I'm not sure

4. When they never put efforts to talk to you or tell you about what's going on in their life because they are clearly not interested to talk to you. Ia berubah, ia tak lagi sama, yang dulu selalu menelponku dan mengusahakan untuk menanyakan hari hariku, sekarang tak lagi ada. Jika aku tak mengirimkan pesan terlebih dahulu, Ia takkan menelponku. Jika ia mulai tahu bahwa aku menjauh, Ia akan langsung menelponku, untuk memastikan bahwa ia melakukan tugasnya untuk menelponku dan memberikan usaha dalam hubungan ini. Namun seperti biasa, ia tak sepenuhnya memberikan waktunya untukku. Ia menelponku,sambil mengerjakan yang lain, atau mengecek sosial medianya. Jika aku mengeluh, dia akan berkata 'Aku kan sudah text good morning dan good night, sekarang aku udah telpon, apa masih kurang?'

5. When they don't care whether you're talking or not and you are just like another option in their trash box which makes you feel unworthy. Jika aku tak menghubunginya terlebih dahulu, ia tak akan mengirimkan pesan, atau menelponku. Ia tak begitu peduli apakah kita masih terhubung atau tidak. Ia juga menolak permintaanku untuk unfollowing his ex's crush  karena Ia merasa kasihan. Ia juga memiliki rencana bisnis bersama dengan perempuan itu. Ia tak lagi peduli dengan perasaanku. Perasaanku tidak lebih penting. Ia tetap memberikan ruang, agar mereka dapat berteman dan terhubung. Aku merasa malu sekali diperlakukan seperti ini, seperti tak punya harga diri lagi. Apa masih ada rasa diantara mereka? Apakah ada ruang dihatinya untuk orang lain? Sedangkan aku, begitu mudahnya aku menolak laki laki yang menginginkanku, karena aku memprioritaskan orang yang sangat kusayang. Mengapa rasanya tak adil. Namun katanya, cinta memang tidak pernah bisa 50 50.

6. They always insult you when you complain that they don't give you proper time, they even give you that same list of silly endless excuses Ketika aku mengeluhkan sedikitnya waktu yang diberikan padaku, ia akan dengan agresifnya memberikanku segudang alasan konyol untuk membuatku percaya bahwa ia sedang sibuk, disaat aku tahu, semua hanyalah mengenai prioritas. Ia tidak sedang sibuk, hanya saja, aku bukan lagi prioritasnya. Ia sedang malas dan hanya menghindariku saja.

7. When they always look for reason to end the conversation or blame for everything that goes wrong because that's what they know the best. Ia selalu saja menemukan alasan untuk menghentikan pembicaraan di telpon. Ntah itu menyuruhku tidur terlebih dahulu, atau meminta izin untuk melakukan hal lain, sehingga kita bisa berhenti terhubung di telpon. Ia menyalahkanku tentang segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan kami. Aku yang membuatnya kacau dalam bekerja, aku yang membuatnya bangkrut, aku yang menghancurkan hubungan ini karena kesalahan yang kubuat, dan akulah yang menghancurkan hidupnya. Itulah mengapa kami tidak bisa segera menikah, semuanya salahku. Salahku juga jika aku pergi karena aku tidak menerimanya apa adanya ketika ia sedang kesulitan dan butuh teman bicara. Ia terus membuatku percaya bahwa akulah satu satunya penyebab kacaunya semua hal ini. Hingga, aku juga percaya bahwa akulah penyebab dari diamnya ia padaku saat ini. Akulah penyebab mengapa ia tidak meresponku dan terus mengabaikanku, semua karena perilakuku yang tidak membuatnya nyaman dan merasa 'homey'. Tanpa pernah berpikir, apa alasan dibalik setiap kekecewaan dan kemarahanku. Tanpa pernah berpikir bahwa kebohongannya lah yang membuatku terus merasa rendah diri dan merasa sedih karena dikecewakan.

Ketika bersamanya, kupikir aku akan bahagia. Namun aku tak tahu. Apakah mungkin aku hanya sedang hidup dimasa lalu saja? Apakah aku terlalu yakin bahwa segala sesuatu yang sudah rusak pasti masih bisa diperbaiki jika ada maaf dan komunikasi yang jelas? Namun sepertinya, jika sesuatu sudah hancur, memang sulit sekali untuk diperbaiki.

Aku terus merasa sedih. Seringkali aku pergi ke toilet kantor hanya untuk menyembunyikan tangisanku. Aku tak mau lagi menyakiti diriku. Tentunya aku tidak sempurna, dan pernah melakukan kesalahan, namun aku tetap berhak dicintai dan mendapat respect dari orang yang memang menyayangiku. I will not set for less, I will keep my standard high. 

Jika hatiku bisa berteriak, tentulah Ia akan berteriak minta tolong karena Ia begitu kesakitan terus menerus disalahkan. Aku masih dan akan terus berjuang untuk memaafkan, dan belajar mencintai diri.

I will love myself and see my self from God's eye. That I am worthy, and I am forgiven. The way He see me, more important than the way people see me.

Expensive things

Idk why lately I think I need to proof my success by usung expensive things. This is not me, I usually not care of using branded items but u...